Pembukaan
Well, mungkin ada banyak
pertanyaan dalam benak mitra pembaca sekalian. Munculnya pertanyaan itu pasti
karena ada sesuatu yang belum jelas. Jangankan sesuatu yang belum jelas, yang
sudah jelas saja kadang masih dipertanyakan kok.
Maka,
demi kesejahteraan bersama (Simbiosis Mutualisme). Aku tawarkan beberapa pengalaman
setengah hidupku kepada Mitra Pembaca. Ada begitu banyak suka duka, canda tawa,
serta lara yang turut mengiringi perjalan hidupku. Mungkin salah satu, salah
dua, atau salah banyak dari pengalaman yang aku share kepada kalian memiliki kesamaan. Bukan bermaksud untuk
membandingkannya, namun melalui kata-kata ini aku berharap bisa mewujudkan
salah satu impianku untuk menjadi seorang penulis handal.
Pertama,
kalian pasti bertanya-tanya ‘kenapa blog ini diberi nama
duapuluhlimapersen.blogspot.com?’. Yang pasti itu bukan karena iseng semata
(walau aku adalah orang yang iseng, hehe). Hmmmm. Duapuluhlimapersen dalam
matematika disimbolkan seperti ini 25%, atau seperti ini 25/100. Itu berarti,
dalam deret angka antara 0 sampai 100 (dimana 0 adalah awalannya dan 100 adalah
akhirannya) terdapat baaaaanyaaaak sekali angka yang tersisip. Ibaratkan sebuah
gelas yang terisi air, 100 adalah gelas yang terisi air secara penuh sedangkan
0 adalah dasaran gelas tanpa adanya air satu tetes pun. So, bagaimana dengan 25?. 25 adalah angka yang jauh dari 100 namun
tidak terlalu dekat dengan 0. 25 juga tidak begitu dekat dengan 50, dimana 50
adalah setengah dari 100. Hehehe, jangan dibuat pusing dengan angka-angka itu
guis. Tidak apa-apa, karena I am not goot
at math, either.
Selama ini
apabila aku selalu melakukan sesuatu, sangat jarang aku bisa mencapai 100
(secara sungguh-sungguh) karena batas yang bisa aku capai hanyalah 25
(menyedihkan bukan). Tapi, ada kalanya aku melakukan sesuatu dengan sangat
sungguh-sungguh hingga mencapai 100 (meskipun bukan untuk diriku) dan itu
memberiku sebuah kesenangan dan kepuasan tersendiri.
Adakalanya
aku merasa harus melakukan sesuatu untuk diriku, sesuatu yang aku lakukang
dengan sungguh-sungguh. Namun itu semua terasa mengganjal, aku merasa acuh tak
perduli apabila melakukan sesuatu tanpa adanya tujuan untuk dicapai. Entah
karena belum, atau karena aku tidak memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu
yang pantas dan layak untuk diriku sendiri. Seiring berjalannya waktu, dengan
berbagi sepenggal pengalaman hidupku ini dengan mitra pembaca sekalian aku
berharap bisa menemukan ‘sesuatu’ untuk diriku sendiri.
Salam Jomblo,
Bahagia, Sejahtera
(Jangan membaca tanpa shampoo)
Comments
Post a Comment