Layang-layang yang Terbang Tinggi
Layang-layang
yang Terbang Tinggi
Rabu, 16 Juli_
Memang
tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial (tidak bisa hidup
sendiri), mungkin itulah yang saat ini sedang aku bayangkan. Apakah kalian
pernah mencoba untuk melepaskan diri dari sebuah jeratan yang begitu menyiksa
dan hanya bisa menyesakkan dada?. Jika pernah, mungkin yang aku alami ini sama
dengan yang kalian (sedang) alami. Jika belum, aku hanya bisa mendoakan yang
terbaik untuk kalian (semoga).
Saat
ini teman-teman satu angkatanku (Angkatan 2012/2013), khususnya jurusan IPA
sedang sibuk mengadakan acara Buka Bersama. Walaupun baru satu tahun kami resmi
menjadi Alumni dan melanjutkan studi di Universitas masing-masing, entah kenapa
semua merasa begitu tertarik untuk mengadakan acara ini. Mungkinkah hanya
sekedar obat rindu belaka?, aku tidak begitu mengerti dengan apa yang mereka
rasakan.
Dalam kesibukan mereka untuk mengajak orang-orang untuk ikut dalam acara itu. Tanpa aku duga, ada sebuah pesan masuk yang bertuliskan ‘Ndik, kamu ikut bukber apa nggak?’, sebuah pesan dari nomor yang tidak asing bagiku. Oke, kita sebut saja namanya NYATA (Nomor YAng Tidak Asing). Dia adalah.... seorang perempuan yang menjadi begian dari masa laluku yang masih abu-abu (begitu kelam). Melupakan semuanya, menghapus semua kenangan yang ada tentang dia serta semua yang terjadi dihari itu dan sebelumnya. Pernah tersirat dalam benakku untuk menghapus semua contact list yang aku simpan dinomorku. Tapi, rasanya begitu sulit untuk dilakukan.
Layaknya
layang-layang dimana kita perlu menarik-ulur benangnya ketika bermain. Aku juga
merasakan yang sama ketika berada didekatnya. Dia tidak sadar bahwa suatu saat
benang itu akan putus dan terbang tertiup angin yang membawa layang-layang itu
pergi menjauh darinya, hilang entah kemana. Ketika kamu memutuskan untuk
mengejar layang-layang yang hilangnya itu, kamu juga harus bersiap menerima
kenyataan yang ada apabila layang-layang itu sudah berada ditangan orang lain.
Tangan orang yang memiliki perasaan dalam, begitu dalam untuk mengambil
keputusan ‘apakah akan memainkan layang-layang itu, ataukah menjaga dan
menyimpannya dengan penuh kasih sayang.
Hmmmm. Ya maaf guis, aku tidak begitu pandai
mengungkapkan apa yang aku rasakan lewat kata-kata. Mungkin ini lebih terdengar
seperti curhat belaka, tapi inilah yang kadang aku (atau mungkin juga kalian)
rasakan ketika kalian sedang falling in
shit!.
Mari
berdoa ‘semoga kita mendapatkan apa yang terbaik untuk diri kita masing-masing’
(amin).
Comments
Post a Comment